Minggu, 20 September 2009

Analisis Wacana Semboyan Jusuf Kala: “Jangan Kelamaan” dengan e135 Sawirman

Analisis Wacana Semboyan Jusuf Kala: “Jangan Kelamaan” dengan e135 Sawirman
(Ringkasan)

Dini Maulia, SS
(Staf Pengajar Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Andalas)


Tahap Elaborasi
Jangan Kelamaan apabila ditelaah merupakan singkatan dari nama sang pencipta semboyan, yaitu: Jusuf Kalla

Kata “Jangan” apabila dibuat transkripsi fonologisnya

[j a ŋ a n] sejajar dengan [j u s u f]
K V K V K K V K V K
[k e l a m a a n ] [k a l a]
K V K V K V V K K V K V]

Tahap Representasi
Jusuf Kalla yang terdiri dari dua kosa kata, sejajar dengan semboyan ‘jangan kelamaan’. Kemudian apabila kita telusuri kembali Golongan Karya, yang juga terdiri dari dua buah kosa kata. Golongan Karya sensri merupakan partai yang mengantarkan Jusuf Kalla sebagai calon presiden pada Pemilu 2009.

Tahap Signifikasi
Arti ‘Jangan Kelamaan’ apabila kita telaah dari segi makna berarti sebagai sebuah larangan yang ditujukan kepada seseorang. Semboyan yang dibuat ketika menjelang pemilihan presiden 2009, tentunya dimaksudkan kepada piha-pihak yang menjadi saingan Jusuf Kala pada ajang Pemilu. Dapat dikatakan semboyan ini ditelaah sebagai tanda sindiran kepada pihak-pihak tertentu.

Tahap Eksplorasi
Kemudian apa saja yang dapat kita temukan dalam wacana semboyan JK tersebut, adalah ketika JK mampu menyelesaikan konflik Aceh yang bergejolak dengan aksi Gerakan Aceh Merdeka nya. Kemudian pada tahap lain, JK bisa saja ingin menyinggung kepemimpinan SBY yang menurut data perkembangan ekonomi hanya mampu mengembalikan kesejahteraan ekonomi bangsa secara perlahan.

Tahap Transfigurasi
Jangan Kelamaan merupakan representasi dari JK sebagai sang pencipta semboyan. Terdapat dua makna penting yang ingin disampaikan oleh JK melalui wacana semboyan tersebut, di antaranya: JK ingin menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang dapat bertindak cepat. Melalui simbol singkatan namanya menunjukkan kepemilikkan khas yang menciptakannya. Buah hasil kerja JK dalam menyelesaikan kasus Aceh, menjadikan semboyan “Jangan Kelamaan” sebagai sebuah simbol kearoganaan dirinya. Kemudian makna lainnya berupa sebuah sindiran kepada saingannya dalam Pemilu, yaitu SBY. Dalam beberapa pidatonya, JK pernah mengkritisi pola pemerintahan yang sedang berjalan di Indonesia yang terkesan lambat, yang notabene di bawah kendali SBY. Semboyan “Jangan Kelamaan” direpresentasikan sebagai simbol kembali dengan makna sindiran.

1 komentar: