Sabtu, 15 Agustus 2009

RESENSI BUKU ROCHELLE LIEBER OLEH SAWIRMAN DOSEN UNIVERSITAS ANDALAS

RESENSI BUKU


TEORI X-BAR PADA TATARAN KATA
(SEBUAH RESENSI BUKU LIEBER)


Sawirman
Universitas Andalas Padang


1. Teori X-bar dan Sejarahnya

Teori X-bar selain tercakup dalam teori Penguasaan dan Pengikatan (Government and Binding Theory, GB), juga terdapat atau dikenal dalam teori Lexical Functional Grammar. Makanya perlu dijelaskan dalam bagian Konsep Dasar teori X-bar mana yang dimaksudkan. Teori X-bar yang terdapat pada Lieber misalnya, adalah teori X-bar yang tercakup dalam teori Penguasaan dan Pengikatan (Government and Binding Theory, GB) yang pertama kali dicetuskan oleh Chomsky.
Chomsky (1981) menjelaskan bahwa struktur internal tata bahasa itu merupakan interaksi antarsubsistem dalam GB. Teori X-bar yang merupakan teori sentral dari teori-teori GB lainnya seperti teori Theta, teori Kasus, teori Kontrol, teori Pengikatan, teori Penguasaan, dan teori Bounding (Chomsky, 1981:5) merupakan bagian dari teori Tata Bahasa Transformasi Generatif. Masing-masing teori GB tersebut saling berkaitan satu sama lain. Hal itu disebabkan oleh prinsip dasar GB itu sendiri yaitu adanya unsur yang mendominasi (governor) dan yang didominasi (governee) serta adanya unsur yang mengikat dan yang diikat. Teori X-bar pada mulanya digunakan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh kaidah struktur sintaksis (Phrase Structure Syntax, PSS) dan kaidah struktur frase (Phrase Structure Rule, PSR) dalam dua hal. Pertama, PSS dan PSR hanya dapat diterapkan pada jenis proyeksi tertentu. Kedua, PSS dan PSR terkesan terlalu luas sehingga perlu adanya pembatasan. Hanya dua proyeksi yang dikenal dalam PSS. Pertama, proyeksi leksikal yang terdiri atas N, V, P, A, Adv, Q, Aux, Det, S, dan sebagainya. Kedua, proyeksi frase yang terdiri atas FN, FV, FP, ADVP, QP, S dan sebagainya. Pada proyeksi tersebut, tidak terdapat proyeksi antara (intermediate category) yang membahas proyeksi lebih besar dari kata tetapi lebih kecil dari frase. Dalam sistem itu setiap konsistituen nomina haruslah N atau FN. Padahal kenyataannya pada konstruksi sintaksis dan frase terdapat proyeksi antara (Radford, 1981:92--93; 1988:169--187; Lieber, 1992; Sells, 1985; lihat juga Crystal, 1992:383 dan Haegeman 1992: 88--89). Kasus proyeksi antara dalam struktur frase dapat digambarkan sebagai berikut : ....
Untuk mendapatkan artikel lengkap, silakan kontak ke email linguistikakultura@fsastra.unand.ac.id atau sawirman@fsastra.unand.ac.id (cc sawirman03@yahoo.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar