Sabtu, 15 Agustus 2009

e-135 Sawirman dan Wacana Dakwah (PENGANTAR REDAKSI Vol 2. No. 1 Juli, Linguistika Kultura) Universitas Andalas

PENGANTAR REDAKSI


Wacana Dakwah “Posteror”
dalam Ranah Cultural Studies dan e-135[1]

Oleh
Sawirman
(Editor Ahli/Pimpinan Redaksi)

1. Pendahuluan
Ranah-ranah yang terpinggirkan memang menjadi ciri khas artikel-artikel yang dimuat dalam jurnal ini. Perjuangan kaum cultural studies ini sudah diwujudkan pada edisi-edisi sebelumnya seputar wacana perbudakan, aksara Minang, tipologi bahasa, dan makna alamiah.
Edisi ini menjadikan wacana dakwah (Islam) “posteror” sebagai ciri khas. Peran wacana dakwah pasca aksi-aksi teror semakin menempati posisi penting. Hal itu dapat dimaklumi kerena sejak munculnya para “teroris milenium” (istilah John Kendal, pengamat teroris AS) untuk menyebut para teroris yang mau mengorbankan nyawanya demi memperjuangkan ideologi yang diyakininya benar (seperti WTC dan Bom Bali), “rudal teroris” diarahkan ke Islam.
Terlepas dari adanya unsur rekayasa atau bukan, ...
Untuk mendapatkan artikel lengkap, silakan kontak ke email linguistikakultura@fsastra.unand.ac.id atau sawirman@fsastra.unand.ac.id (cc sawirman03@yahoo.com)

[1] Artikel ini adalah pengembangan dari laporan Hibah Bersaing berjudul Simbol Lingual, Simbol Material, dan Wacana Fotografis ... yang dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2007.

1 komentar: