English
As a widest concensus among the scentists, the creation of discourse paradigm having conceptual framework, research technic, model, and theoretical application sample which is academically tested is needed to set the linguistics free from the bounded of positivism, nomotetism, and foundationalism. It’s owing to the reason, the e-135 is introduced within its all limitedness.
E-135 is an abbriviation of Exemplar 135. Letter e at e-135 symbolizes exemplar (not the one of electronic such as e-mail, e-journal, e-learning, e-book, e-library, e-commerce, etc.). though e-135 does make the electronic data as “hypertext” one on a phase (explorative phase). Number 1 at e-135 symbolizes onthological/philosophical consideration (hermeneutics), number 3 symbolyzes the revision of most recent discourse approach (critical, deconstructivie cultural studies), and number 5 symbolyzes analytical phase (elaboration, representation, signification, exploration, transfiguration) as well as the platform of material and formal object each.
E-135 was formerly created by the author to explore a lingual symbol of Tan Malaka’s political discourse (one of Minangkabau’s perennial figure) as the requirement of doctoral dissertation at University of Udayana in 2005। The dessimination and sosialization of e-135 has been done in various academic forums and scientific journals. Both input and criticism from the parties and the readers make the author able to revise his writing countinously. This writing contains the most recent revision of e-135 and model after being socialized in various academic forums, journals, and research.
E-135 is an abbriviation of Exemplar 135. Letter e at e-135 symbolizes exemplar (not the one of electronic such as e-mail, e-journal, e-learning, e-book, e-library, e-commerce, etc.). though e-135 does make the electronic data as “hypertext” one on a phase (explorative phase). Number 1 at e-135 symbolizes onthological/philosophical consideration (hermeneutics), number 3 symbolyzes the revision of most recent discourse approach (critical, deconstructivie cultural studies), and number 5 symbolyzes analytical phase (elaboration, representation, signification, exploration, transfiguration) as well as the platform of material and formal object each.
E-135 was formerly created by the author to explore a lingual symbol of Tan Malaka’s political discourse (one of Minangkabau’s perennial figure) as the requirement of doctoral dissertation at University of Udayana in 2005। The dessimination and sosialization of e-135 has been done in various academic forums and scientific journals. Both input and criticism from the parties and the readers make the author able to revise his writing countinously. This writing contains the most recent revision of e-135 and model after being socialized in various academic forums, journals, and research.
Indonesian
E-135 singkatan dari Eksemplar 135. Huruf e menyimbolkan eksemplar (bukan simbol elektronik seperti e-mail, e-journal, e-learning, e-book, e-library, e-commerce, dan lain-lain), sekalipun e-135 memang menjadikan data elektronik sebagai data “hiperteks” pada salah satu tahapan. Angka 1 menyimbolkan landasan filosofis (hermeneutika), angka 3 menyimbolkan revisi pendekatan linguistik (formalis, kritis, cultural studies), dan angka 5 menyimbolkan tahapan analisis (elaborasi, representasi, signifikasi, eksplorasi, transfigurasi) sekaligus landasan objek material dan formal yang masing-masingnya diberi penjelasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
E-135 semula diciptakan untuk membedah wacana politik Tan Malaka (salah seorang tokoh perenial asal Minangkabau) untuk keperluan disertasi doktoral tahun 2005. Diseminasi e-135 sudah dilakukan dalam berbagai forum dan jurnal. Baik input berharga maupun respon positif dan apresiasi dari sejumlah pihak membuat penulis secara berkelanjutan merevisi e-135 agar semakin teruji eksistensinya secara akademis.
Bila sebuah teori dimaknai seperti batasan Summers, et al (2005:1719) as an idea or set of ideas that is intended to explain something about life or the world, especially an idea that has not been proved to be true or general principles and ideas about a subject and an idea or opinion that someone thinks is true but for which they have no proof, maka e-135 dapat dikatakan sebuah draf teori. Teori adalah formal set of ideas that is intended to explain something why something happens or exists or the principles on which a particular subject is based (Wehmeier, et al., 2005:1590). Bila dianggap tidak terlalu berlebihan, sebutan teori untuk e-135 juga cukup beralasan bila statemen Wehmeier, et al digunakan sebagai acuan. Teori adalah formal set of ideas that is intended to explain something why something happens or exists or the principles on which a particular subject is based (Wehmeier, et al., 2005:1590).
Bila sebuah paradigma dimaknai as a technical, formal, and typical model or example that shows how something or pattern of something works or is produced or a set of basic beliefs that deals with ultimates (the best or most modern example of) a world view or something (Summers, et al 2005:1193; Wehmeier, 2005:1099; Guba, in Denzin & Lincoln, 1994:107), maka e-135 dapat pula dianggap sebagai sebuah konstruksi berpikir untuk penciptaan sebuah paradigma berdimensi cultural studies. Sebagai sebuah konsensus terluas di kalangan ilmuwan, penciptaan paradigma wacana yang memiliki kerangka konseptual, teknik riset, model, contoh aplikasi teori, orientasi, dan asumsi dasar yang teruji secara akademis terasa diperlukan untuk memerdekakan linguistik dari ranah positivis, nomotetis, dan fondasionalis (Sawirman, 2007).
Apapun sebutan untuk e-135 tidaklah begitu penting। Perdebatan hanya karena seputar terminologi yang sudah terwaris sejak zaman pra-Yunani, sebaiknya jangan menghilangkan esensi dan substansi terhadap suatu objek, perisitiwa, atau fenomena. Penulis menyebut e-135 sebagai sebuah eksemplar yang berasal dari bahasa Inggris exemplar. Menurut kamus Oxford tahun 2005 dimuat maknanya sebagai a person or thing that is a good or typical example of something. Kamus Longman tahun 2005 juga memaknai kata exemplar dengan parafrase “formal a good or typical example”. Mengacu pada statemen-statemen tersebut dan beberapa statemen sebelumnya, kata exemplar dapat bersinonim atau berdekatan makna dengan konstruksi berpikir, model, contoh, kerangka konseptual, paradigma, atau teori yang pantas ditauladani tentang sesuatu, peristiwa, atau objek. Thomas Kuhn (2002) sebagai pencetus revolusi sains menganggap exemplar sebagai cikal bakal lahirnya sebuah paradigma atau teori. Sebuah eksemplar yang tahan uji akan menjadi paradigma dengan sendirinya.Sejumlah eksemplar yang lahir di zamannya dalam berbagai bidang ilmu akan saling berkompetisi, saling beradu ketangguhan, dan saling melakukan tesis dan anti-tesis. Thomas Kuhn yang terilham dari ide Hegel dalam memandang “pergulatan” ilmu, menganggap setiap pertentang tesis dengan anti-tesis akan melahirkan eksemplar baru sebagai sintesis (tesis baru) sekaligus sebagai pertanda perkembangan sebuah ilmu. Dalam konteks linguistik di tanah air, sebuah exemplar yang berpijak pada spirit ketimuran, kemanusiaan, objek terlupakan, masyarakat terhegemoni/ termarjinalkan, dan spirit multi-disiplin berbasis ilmu sendiri seperti harapan cultural studies perlu dilahirkan dan diciptakan agar linguistik yang berada dalam ranah humaniora ini menjadi semakin humanis, bukan malah semakin sebaliknya. E-135 ditawarkan sebagai salah satu “paradigma alternatif” atau “teori alternatif” ke arah itu. Eksemplar ini masih tetap diujikan ke beragam objek/fenomena wacana, teks, semiotik, dan linguistik. E-135 diperkenalkan kepada khalayak dengan segala keterbatasannya dalam blog ini.
your blogs very important to be read because its contents many studies about linguistics which taking away from everyday accurence.and has many benefits for my study......
BalasHapusi hope,,you can add contents this blog with more interesting things again..
Congratulation and thank you Sir.